Zoe Story

Sebagai perwujudan sifat nakal, imajinasi, dan perubahan, Zoe adalah pembawa pesan kosmis Targon, sebuah pertanda peristiwa besar yang dapat mengubah dunia. Keberadaannya saja dapat mengubah realitas, bahkan terkadang menyebabkan bencana besar padahal dia tidak bermaksud melakukannya. Mungkin itu menjelaskan kenapa Zoe tidak menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pembawa pesan, dia terlalu banyak bermain, menggoda manusia, atau menghibur diri sendiri. Pertemuan dengan Zoe dapat menyenangkan atau membahayakan nyawa, tapi seringkali yang terjadi sangatlah berbahaya.
Sesuai dengan sifat khas Targonnya, Zoe tidak turun ke dunia dengan tujuan tradisional. Dia tidak memenangkan kemenangan besar menghadapi situasi sulit, mengorbankan dirinya untuk tujuan mulia, atau menjalani tugas mendaki Gunun Targon. Bahkan, Zoe dulu adalah gadis biasa, yang terpilih secara acak.
Guru Lunari-nya melaporkan Zoe sebagai anak yang imajinatif, tapi keras kepala, malas, mudah teralihkan, dan nakal. Suatu hari, ketika Zoe membolos dari pelajaran sihir suci untuk mengejar sesuatu yang “tidak semembosankan itu” dia dilihat oleh suatu makhluk Aspect of Twilight dari Targon.
Dia memerhatikan gadis muda itu mengolok-olok teriakan marah pendeta-pendeta Lunari yang mengejarnya. Lalu, setelah mengejar selama empat jam lamanya, dia disudutkan guru-guru yang marah. Sebelum mereka sempat menangkap Zoe, sang Aspect memunculkan enam benda di depan gadis itu: sebuah kantung berisi koin emas, sebuah pedang, buku pelajaran yang sudah selesai, karpet ibadah, tali sutra, dan bola mainan. Empat benda tersebut dapat membuatnya lolos atau keluar dari masalah itu, tapi Zoe memilih pilihan keenam.
Tidak ingin kabur, dia malah mengambil bola mainan itu kemudian menendangnya ke arah dinding sebuah rumah yang berdempetan, dan menyanyi dengan riang saat mainan itu memantul ke arah pendeta-pendeta yang tidak punya selera humor itu.
Puas oleh tingkah Zoe yang riang gembira, sang Aspect membuka portal berkilauan menuju puncak Gunung Targon, dia menawarkan gadis itu kesempatan untuk melihat dunia. Dia melompat ke belakang, lalu bersatu dengan sang Aspect, Zoe menjulurkan lidahnya ke arah guru-guru yang dia jahili sebelum akhirnya menghilang ke dalam portal tersebut.
Mengikuti kebangkitan yang tidak biasa ini, Zoe berpetualang menuju suatu dimensi di sudut terjauh wilayah kekuasaan Targon, bermain-main dengan realitas yang melampaui pemahaman manusia.
Kembali pulang setelah lebih dari satu milenium, Zoe tidak menua sama sekali. Meski Runeterra tidak banyak berubah dari sudut pandangnya, dia tiba dengan keingintahuan anak remaja untuk manusia dan sang Aspect temannya itu.
Mungkin dia paling penasaran dengan hubungan barunya dengan Aurelion Sol. Kesombongan, kebohongan, dan ukuran besarnya membuat Zoe kesal. Zoe terus menerus menggoda makhluk besar itu, tapi ketika dibutuhkan, dia akan melindungi “anjing luar angkasa” dan bintangnya dari kemarahan Pantheon. Entah itu hanya iseng, sikap posesif, atau perilakunya sebagai seorang pengganggu sejati, tidak ada yang tahu pasti. Karena, jika membicarakan Zoe, tidak ada yang tahu pasti apa tujuannya sebenarnya … selain mencari kesenangannya sendiri.
KISAH TENTANG ZOE

Ketika dia memikirkan toko kue, Zoe menjatuhkan diri, menyerah pada tarikan gravitasi. Ketika jatuh, dia menciptakan gerbang dengan kesadarannya. Langsung saja, sebuah portal terbuka di bawahnya dan terhubung dengan tempat lain. Dia jatuh ke gerbang itu. Massa tubuhnya bertabrakan dan meledak ketika berpindah tempat.
Rasanya agak geli.
Sayangnya, Zoe tidak muncul ke lokasi tujuannya. Tapi, dia malah muncul dari portal kedua yang hanya berjarak tidak terlalu jauh, terlempar ke udara melalui momentum kejatuhannya. Kemudian, setelah momen penyeimbangan diri sesaat, dia ditarik mundur kembali ke dalam portal kedua. Tapi sekali lagi, ruang dan waktu berputar di sekelilingnya—semuanya berputar, itulah gambarannya—sebelum mengembalikannya ke titik awal. Kedua portalnya lalu tertutup dan menghilang.
Sihir yang sangat kuat menggangu kemampuan Zoe untuk berpindah tempat. Mungkin itu berhubungan dengan perubahan apa pun itu yang seharusnya dia lakukan, dan tentunya, dia belum berhasil melakukannya. Itu adalah masalah, tapi bukan masalah baru. Dia tidak terlalu yakin apa pesannya, untuk siapa, atau bahkan artinya, tapi, berdasarkan pengalamannya sejauh ini, itu tidak terlalu penting. Sang Matematika suci ingin maju, dan tidak lama pesannya langsung tiba. Menurut Zoe itu keuntungan yang keren dengan menjadi seorang Aspect.
Tentunya, pertanyaan saat ini adalah apa yang harus dilakukan selagi sedang menunggu. Zoe melihat sekelilingnya. Di sebelah pohon, dia melihat makhluk keil berbulu lebat yang memiliki ekor besar. Dia terlihat mirip yordle kecil, tapi Zoe menyadari hubungan makhlluk ini dengan dunia arwah sangatlah kecil.
Pola kehidupan makhluk kecil itu terlintas di otak Zoe. Dia hanya akan hidup beberapa rotasi lagi sebelum mengembalikan rohnya. Bagi Zoe, hidupnya yang singkat membuatnya semakin menggemaskan. Zoe melompat dan berlari mendekatinya.
“Lucu sekali!”
Hewan kecil itu berlari ke sebuah pohon.
“Hei, kembali!” teriaknya.
Tanpa menunggu lama, Zoe menciptakan gelembung waktu, mengubahnya hanya menjadi separuh rotasi planet, sebelum melemparnya ke pohon itu. Anomali itu meluncur sebelum meledak di batang pohon itu.
Sesaat, masa lalu dan masa kini hewan lucu itu bertabrakan. Langit malam menguasai area itu. Hewan kecil itu kemudian jatuh kelelahan akibat kurang tidur di malam kemarinnya. Masa lalu spiritual dan keadaan mentalnya kewalahan akibat kesadarannya saat ini.
Untuk sesaat, Zoe mengabaikan gravitasi, dia melayang ke atas dahan pohon, dan berhenti di sisi hewan kecil itu. Tangannya terlihat agak ragu untuk bergerak di atas bulu lembut hewan itu. Dia tahu jika dia menyentuh makhluk itu, sihirnya akan terlepas.
“Zoe adalah teman” bisiknya. Tapi ketika dia mengusap kepala hewan itu, dia terbangun kemudian lari menjauhi Zoe.
Sambil mengeluh, Zoe malayang lebih tinggi lalu membalikkan badan, kepala di bawah dan kaki di atas. Dia mempertimbangkan ingin mengunjungi Aurelion Sol setelah menyelesaikan urusannya di sini. Naga itu juga tidak suka dielus. Tapi, Zoe berpikir, dia lebih udah dikejar tanpa takut akan menyakitinya. Keinginan itu hilang, berkat posisinya yang tinggi, Zoe melihat sebuah desa yang berada jauh di seberang bukit.
Dia menciptakan portal menuju kota itu kemudian melompat ke dalamnya. Tapi, lagi-lagi, Zoe hanya mampu menciptakan sebuah gerbang berjarak beberapa meter darinya. Bahkan, gerbang itu hancur dengan sendirinya, sama seperti sebelumnya, lalu menarik Zoe kembali ke titik awal.
Rumput musim panas terlihat indah, tidak punya pilihan lain, Zoe kemudian berjalan kaki menyusuri hutan menuju desa itu.
Dia tiba di pinggiran kota yang memiliki dinding tinggi. Matahari terlihat sudah hampir terbit. Mendengar suara tawa, Zoe menghilangkan gravitasi untuk sesaat dan melayang menuju salah satu atap rumah di desa itu.
Di tengah lapangan, terlihat enam manusia sedang bermain. Mereka hampir berukuran sebesar Zoe, berbeda dengan anak-anak atau orang dewasa yang dia temui di sepanjang perjalanan turnya mengitari planet ini.
Salah satu laki-laki itu mengejar seorang perempuan. Mereka berdua tertawa. Aturan permainan itu tidak jelas.
Zoe fokus memerhatikan gaun merah indah yang dikenakan gadis itu—dia penasaran apakah warna itu mewakili sesuatu. Bahkan jika itu bukan bagian dari permainannya, Zoe sangat menyukainya. Gadis itu terlihat lebih tinggi dari gadis lainnya, dan Zoe merasa gadis itu mungkin mengetahui sesuatu yang perlu dia pelajari.
Pria itu juga menarik, tapi menarik dari segi yang sangat berbeda. Dia tahu inkarnasinya saat ini akan pendek, tapi Zoe berpikir akan luar biasa jika dia mengejar gadis itu. Ada sesuatu yang hebat dari dagu dan bentuk bibirnya.
Zoe terlihat gugup. Lagipula, memang sudah lama sekali sejak Zoe masih seorang manusia atau bahkan mengunjungi dimensi ini. Dia khawatir kelompok itu tidak akan menerimanya, dan dia akan ditinggalkan dari apa pun permainan itu yang sedang mereka mainkan.
Dua anak laki-laki lainnya, yang terlihat tidak semenarik dua anak sebelumnya, mulai saling menendang bola. Untuk permainan ini Zoe masih ingat.
Diperkuat oleh koneksi itu, Zoe meluncur turun dari atap ke tengah-tengah kelompok itu.
“Hai!” katanya, sembari mengubah warna rambutnya menjadi warna gaun wanita itu.
“Itu arwah” kata si laki-laki menarik dengan mata terbelalak. Lalu dia berteriak “Lari!”
Zoe merasa harus memperjelas bahwa dia bukan arwah tapi seorang Aspect, tapi dia tidak yakin apakah jeritan laki-laki itu adalah bagian dari permainannya atau bukan.
“Sebenarnya, aku datang kemari untuk membawa pesan. Tapi jika kau ingin bermain, aku punya banyak waktu” katanya, sembari meluncur mengejar mereka.
Lalu dia terbang dengan gaya sekasual mungkin di samping gadis tinggi itu.
“Pakaian merahmu keren sekali! Apakah warnanya punya suatu arti?” Tanya Zoe. Tapi upayanya memulai perbincangan tidaklah penting. Saat berbicara, si gadis tinggi itu ditarik ke suatu rumah oleh si laki-laki menarik. Dia menutup pintu kayunya rapat-rapat, menutup jalur Zoe.
Zoe melihat sekelilingnya, mengetahui ternyata ada banyak manusia yang menghilang, tapi suatu keributan bisa terdengar berasal dari pusat kota.
Tidak lama, lusinan pria yang mengenakan baju zirah berlari mendekati Zoe dengan membawa tombak. Mereka mengingatkan Zoe pada senjata Pantheon.
Penjaga lokal, dugaan Zoe.
Berasumsi dia adalah arwah, para penjaga itu berteriak memperingatkan, sembari pemimpin mereka berusama merapal mantra pengusir. Itu mantra yang sangat bagus, menurut Zoe, tapi bukan yang dia inginkan. Zoe penasaran, apakah arwah-arwah sering menggganggu kota ini?
Ketika para penjaga itu mulai melempar senjata mereka ke arah Zoe, dia menciptakan meteor sihir ke arah dinding. Kemudian, the Twilight Girl menciptakan dua portal untuk menhindari tombak para penjaga, kemudian mengarahkan meteor itu ke penyerangnya.
Tubrukan meteor itu menciptakan ledakan, menyebabkan reaksi berantai dari partikel kecilnya yang terkumpul ketika meluncur, kemudian menghasilkan ledakan kedua yang mengenai para penjaga dan menara mereka—melumat area itu menjadi debu-debu halus.
“Halo?” Zoe bertanya sembari asap penghancur yang tebal berputar-putar di sekitarnya. Dia penasaran apakah si anak gadis tinggi dan anak laki-laki menarik itu telah pergi. Sepertinya sudah.
Merasa putus asa sesaat, Zoe memutuskan ingin mengunjungi pemukiman manusia yang lebih besar. Mungkin di tempat seperti itu akan ada seseorang yang mau bermain dengannya.
Zoe mengingat lokasi suatu… kota beberapa ribu tahun lalu. Mengikuti insting dan mengabaikan kegagalan sebelumnya, dia menciptakan portal menuju tempat itu. Dan dia sangat terkejut ketika gerbang itu terbuka dan ternyata mengarah ke tujuan yang dia inginkan.
“Bagus!” katanya, senang sekali bisa berpindah tempat lagi, dan dia tidak sabar ingin mengirim pesan berikutnya.
Ketika Zoe keluar, dia penasaran apakah kawah batu itu akan menuntun manusia menuju World Rune yang berada tidak jauh. Si anak gadis tinggi atau anak laki-laki menarik itu mungkin yang akan menemukannya.
Pasti akan lucu sekali jika mereka menemukannya, pikir Zoe.